A. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Gulo, 2004:84). Beberapa pendapat tentang teknik pembelajaran inkuiri, antara lain menurut Widja (1989:48) teknik pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip. Selanjutnya, Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa teknik pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Teknik pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution, 1992:128).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
B. Sasaran Model Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah sebagai berikut.
1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Joyce mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, di mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebaginya, baik terhadap teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada.
2) Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda di antara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended. Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar sebagai hasil proses inkuiri.
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabiltas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya (Gulo, 2004:85).
C. Peranan Guru pada Model Pembelajaran Inkuiri
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal ini sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut.
1) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4) Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif, maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya (Gulo, 2004:86).
D. Sintak Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan. Proses inkuiri dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru. Guru yang merumuskan masalah, guru yang membuktikan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Semua perolehan guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada inkuiri semua itu dilakukan oleh siswa.
Kemampuan-kemampuan yang dituntut pada setiap tahap dalam proses inkuiri tertuang dalam tabel berikut.
Tahap Inkuiri | Kemampuan yang dituntut |
1. Merumuskan masalah | 1. Kesadaran terhadap masalah 2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah |
2. Merumuskan jawaban sementara (hipotesis) | 1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh 2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis 3. Merumuskan hipotesis |
3. Menguji jawaban tentatif | 1. Merakit peristiwa a. Mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan. b. Mengumpulkan data c. Mengevaluasi data 2. Menyusun data a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan 3. Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbandingan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi dan keteraturan |
4. Menarik kesimpulan | 1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan |
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi | Diharapkan menemukan hal baru yang sejenis |
6. Menulis laporan | 1. Membuat draf 2. Merevisi laporan final |
(Gulo, 2004:95)
Proses inkuiri dapat juga disusun secara aditif (penjumlahan). Hipotesis, uji hipotesis, dan kesimpulan ada dalam beberapa unit pelajaran.
Teknik pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan ini akan dilaksanakan dengan teknik inkuri yang terbagi atas enam tahapan, yaitu (1) merumuskan masalah, (2) merumuskan hipotesis, (3) menguji jawaban, (4) menarik kesimpulan, (5) menerapkan kesimpulan, dan (6) menulis laporan.
Pokok bahasan tentang menulis laporan hasil pengamatan dengan Model Pembelajaran Inkuiri ini dibagi menjadi delapan kali pertemuan dengan objek yang berbeda. Pertemuan pertama yang dijadikan objek kajian adalah pertumbuhan tanaman mawar, pertemuan kedua pertumbuhan biji jagung, pertemuan ketiga pertumbuhaan tanaman boegenvil, pertemuan keempat pertumbuhan biji kacang tanah, pertemuan kelima pertumbuhan tanaman singkong, pertemuan keenam pertumbuhan biji kacang merah (kacang es), pertemuan ketujuh pertumbuhan tanaman tebu, dan pertemuan kedelapan pertumbuhan biji kacang panjang.
Proses inkuiri berjalan, tertuang dalam bentuk langkah-langkah seperti tabel berikut.
Tahap Kegiatan | Materi | Kegiatan |
Pendahuluan | Menulis laporan | Artikulasi masalah |
Merumuskan masalah | Membahas objek yang diamati | Merumuskan masalah Hasil pengamatan |
Perumusan hipotesis | 1. Hipotesis (1) 2. Hipotesis (2) 3. Hipotesis (3) | 1. Mencari data 2. Mengklasifikasikan data 3. Mencatat hipotesis |
Menguji jawaban | Menuliskan laporan hasil pengamtan | 1. Mencatat peristiwa 2. Mencatat data 3. Mencatat hubungan antar data |
Penarikan kesimpulan | 1. Kesimpulan (1) 2. Kesimpulan (2) 3. Kesimpulan (3) | Membuat generalisasi |
Menulis laporan | Laporan hasil pengamatan | Menuliskan laporan hasil pengamatan |
Pada contoh di atas, kesimpulan merupakan integrasi dari ketiga kesimpulan sementara dari masing-masing unit. Setelah menyimpulkan laporan hasil pengamatan barulah ditarik kesimpulan umum yang berlaku bagi seluruh laporan hasil pengamatan (Gulo,2004:96).
Keberhasilan proses inkuiri seperti telah dipaparkan di atas, sangat tergantung pada tahap pendahuluan. Permasalahan yang diketengahkan pada tahap awal ini harus mampu dipertanyakan oleh siswa. Tujuan umum strategi inkuiri bukan pada terselesaikannya masalah itu sendiri, tetapi seperti yang dikemukakan oleh Joice – Weil ialah to help the students develope the intellectual discipline and skills necessary to raise question and search out answers stemming from their curiousity. Oleh karena itu, keberhasilan strategi ini amat tergantung pada bahan yang dikemukakan sebagi stimulus pada tahap ini. Tahap pendahuluan ini disebut juga tahap apresepsi atau advanced organizer. Disebut demikian oleh karena materi yang disajikan harus terkait dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Ketidakterkaitan materi dengan apa yang telah diperoleh siswa. Selain itu, bahan pelajaran bukan saja tidak asing, tetapi merangsang keingintahuan dari siswa. Untuk maksud tersebut, maka bahan sajian merupakan gambaran menyeluruh tetapi singkat terhadap apa yang akan ditemukan dalam pelajaran yang akan disajikan selanjutnya (Gulo, 2004:97).
E. Skenario Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Pada strategi inkuiri, kegiatan belajar mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organize.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan melaporkan hasilnya. Akhirnya, siswa mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru di luar penyelidikan mereka (Gulo, 2004:98).
F. Tahapan untuk Model Pembelajaran Inkuiri
Tahapan kegiatan belajar mengajar Model Pembelajaran Inkuiri disusun sebagai berikut.
1) Menghadapi stimulus ( terencana atau tidak terencana)
2) Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
3) Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya)
4) Belajar menyelesaikan masalah secara indenpenden atau kelompok
5) Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
6) Evaluasi dan tindak lanjut (Gulo, 2004:98).
Strategi belajar mengajar inkuiri di atas mengantarkan siswa pada tujuan intruksional tingkat tinggi, dapat juga memberi tujuan iringan (nutrunant effect) sebagai berikut.
a. Keterampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan)
b. Pengembangan daya kreatif
c. Belajar secara mandiri
d. Memahami hal-hal yang mendua
e. Sikap terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2004:101).
Daftar Pustaka
Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nasution. 1992. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Tarsito.
Sumantri, Mulyani dan Johan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode-Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.