1. Pengertian Cooperative LearningPembelajaran Kooperatif atau cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Cooperative learning telah banyak dikaji oleh para ahli dan telah dilakukan sejumlah penelitian mengenai efektifitas dalam pembelajaran di sekolah – sekolah. Kessler, 1992 ( Winata, 2006 ; 15 ) mendifinisikan bahwa cooperative learning merupakan kelompok belajar yang terorganisir demikian sehingga pembelajaran tergantung pada struktur pertukaran informasi antar siswa dalam kelompok dan setiap siswa bertanggung jawab pada proses pembelajarannya dan dimotivasi untuk meningkatkan proses belajar teman lainnya. Difinisi ini dipertegas oleh Slavin 1995 ( Winata, 2006 : 15 ) yang mendifinisikan bahwa cooperative learning sebagai kelompok belajar yang menekankan siswa untuk beriteraktif dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa difinisi di atas nampak bahwa cooperative learning adalah strategi pengajaran yang menekankan agar siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, konsep, keterampilan, dan pemahaman-pemahaman yang diperlukan. Di dalam kelompok kecil siswa dapat menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya serta dapat menyadari kelemahan-kelemahannya untuk saling mendukung dan memotivasi sehingga semua anggota dalam kelompok mempunyai rasa tanggung jawab untuk terlibat aktif, serta mereka dapat belajar untuk mengatasi perbedaan pendapat.
Menurut Lundgren, 1945 ( Mulyadi, 2006 : 21 ) menjelaskan beberapa ciri-ciri dari model pembelajaran kooperatif :
- Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya.
- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
- Bila mana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.
- Penghargaan lebih berorentasi pada kelompok dari pada individu.
Ciri-ciri di atas dilengkapi oleh Harel, 1992 ( Winata, 2006 : 17 ) yang antara lain :
- Guru berbicara dalam cooperative learning hanya dengan sedikit bicara yakni 25 % sedang sisanya digunakan oleh siswa untuk aktif berkomunikasi .
- Menyediakan pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir.
- Mendorong siswa untuk mengerjakan tugas dari pada mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain atau hanya sedikit memberi komentar.
- Jumlah siswa dalam satu kelompok hanya 4 – 6 orang saja, dengan jumlah demikian akan memberi kesempatan lebih luas pada siswa untuk aktif dan memudahkan guru dalam mengontrol kelancaran aktifitas siswa dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu :
a. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Penerimaaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain.atas tugas-tugas berasama.
c. Tujuan ketiga dan pembelajaran kooperatif ia untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, seperti dalam tabel berikut.
Tabel. 1
Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase | Tingkah Laku Guru |
Fase -1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase -2 Menyajikan informasi. Fase -3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok - kelompok belajar. Fase -4 Membimbing kelompok berkerja dan belajar. Fase -5 Evaluasi Fase -6 Memberikan Penghargaan | Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien. Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari atau masing – masing kelompok mempersentasikan. Guru mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. |
2. Metode Cooperative Learning.
Ada 9 metode coopertive learning yang dikaji dan dikembangkan oleh Slavin, 1995 ( Winata, 2006 : 26 ) yaitu :
1. STAD ( Student Team Achivement Division )
2. TGT ( Teams Game Tournament )
3. TAI ( Team Acclerated Instruction )
4. CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition )
5. GI ( GroupInvestigation )
6. Learning Together.
7. Complex Intruction.
8. Struntured Dyandie Methods
9. Jigsaw.
3. Aspek-aspek yang diperoleh dari strategi pembelajaran kooperatif .
Slavin 1998, ( Winata, 2006 : 30 ) menegaskan bahwa hasil penelitian mereka terhadap berbagai mata pelajaran dan jenjang umur yang berbeda membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif menunjukan hasil yang lebih baik pada aspek – aspek :
1. Prestasi belajar ( Archievement ) dengan asumsi cooperative lerning :
o Lebih banyak memberi kesempatanberpatisipasi.
o Lebih banyak memberi kesempatan untuk memberi dan menerima penjelasan dari teman sebaya, sehingga akan meningkatkan belajar siswa.
o Meningkatkan motivasi untuk sukses karena kesuksesan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kelompok.
o Lebih banyak diberi tanggung jawab sehingga akan meningkatkan keterlibatannya untuk berpartisipasi.
2. Harga diri ( self-esteem )
o Menghargai teman sebaya, tidak hanya kepada gurunya.
o Meningkatkan hubungan antar pribadi akan kebutuhan saling menolong.
3. Suka bersekolah ( liking for school )
Sekolah dianggap sebagai tempat dimana siswa dapat mencapai kesuksesan, hubungan social membuat lebih menyenangkan dan ada perasaan memiliki kelompok dan tidak terisolir secara individual.
4. Hubungan dalam kelompok ( Intergroup Relation )
o Setiap anggota mempunyai kesempatan untuk memberi kontribusi sehingga menjdai berarti bagi sesamanya.
o Mereka menerima penghargaan dari guru dan teman-teman lainnya untuk kesuksesannya.
5. Menggunakan aras pikir tinggi
o Berinteraksi dengan lainnya akan membuat seseorang mengembangkan kembali pola pikirnya untuk menyimpulkan, memadukan , menjelaskan, memberikan contoh. Interaksi ini menunjukkan penggunaan pola pikir tinggi.
o Mendengar perspiktif pendapat teman sesamanyayang beragam, menyadarkan kenyataan bahwa mereka perlu mengetahui adanya bermacam-macam pandangan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.
Kelebihan-kelebihan pembelajaran kooperatif ini diungkapkan oleh Slavin 1990, ( Mulyadi, 2006 : 13 ) dengan beberapa hal antara lain :
1. Cara belajar aktif akan lebih efektif dari pada menerima informasi secara pasif.
2. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta pengalaman saling berbagi antar siswa.
3. Partisipasi dalam kelompok kecil dapat meningkatkan dan mengembang
kan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
4. Menerima tanggung jawab sebagai individu maupun sebagai kelompok.
5. Mengembangkan keterampilan sosial dalam kelompok melalui unsur saling memberi dan menerima yang merupakan dasar dari pendidikan besosialisasi.
6. Mendukung dan meningkatkan kesuksesan untuk saling menghargai akan adanya perbedaan untuk berlangsungnya demokrasi.
Adapun kelemahan-kelemahan dari pembelajaran kooperatif ini dikemukakan oleh Poletzer, 1975 ( Winata, 2006 : 33 ) sebagai berikut :
1. Suasana gaduh dan ribut tidak terkendali karena siswa masing-masing ingin menyampaikan pendapatnya.
2. Kesalahan siswa kadang tidak terpantau oleh guru karena keterbatasan kesempatan.
3. Kesulitan mengontrol kelas, kegiatan kelompok memerlukan strategi penanganan yang baik serta diperlukan instruksi yang jelas pada tugas maupun waktu yang ditentukan.
Tags:
Guru