Karakteristik, Tujuan, Ruang Lingkup Dan Hakekat Pelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013

Karakteristik, Tujuan, Ruang Lingkup Dan Hakekat Pelajaran  Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013


A. Rasional
Pemerintah,  melalui  Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  telah memberlakukan  Kurikulum  2013,  setelah  melakukan  kajian  tahap  demi tahap,  yang  diawali  dengan  mengevaluasi  secara  menyeluruh Kurikulum Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  yang  sudah  diberlakukan  sejak  tahun 2006. 
Mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  memiliki  peranan  yang  sangat  strategis dalam  Kurikulum  2013.  Peran  utama  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia adalah  sebagai  penghela  ilmu  pengetahuan.  Dengan  mengembangkan kemampuan  berpikir  logis,  kritis,  kreatif,  dan  inovatif  maka  peran  bahasa Indonesia  sebagai  penghela  ilmu  pengetahuan  akan  terus  berkembang seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri.


B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs
Tujuan  pembelajaran  bahasa  Indonesia  diturunkan  dari  Permendikbud Nomor  54  Tahun  2013  tentang  Standar  Kompetensi  Lulusan.  Standar Kompetensi  Lulusan  kemudian  diturunkan  menjadi  Kompetensi  Inti (KI).Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan MTs memiliki empat tujuan utama  yang  tertuang  dalam  kompetensi  inti  masing-masing  jenjang pendidikan.  Secara  keseluruhan  tujuan  pembelajaran  bahasa  Indonesia  di SMP dan MTs adalah (1) memiliki sikap religius (2) memiliki sikap sosial, (3) memiliki  pengetahuan  yang  memadai  tentang  berbagai  genre  teks  bahasa Indonesia  sesuai  dengan  jenjang  pendidikan  yang  ditempuhnya,  dan  (4) memiliki keterampilan membuat berbagai genre teks bahasa Indonesia.
Setiap  pengetahuan  tentang  berbagai  genre  teks  bahasa  Indonesia  harus diimplementasikan  dalam  produk  berupa  karya,  artinya  pengetahuan tersebut  harus  bermanfaat  untuk  meningkatkan  keterampilan  siswa  dalam membuat  karya  sesuai  dengan  genre  teks  yang  ada.  Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan  yang  dipelajari  siswa  harus  bisa  mengubah perilaku  siswa  terutama  yang  berhubungan  dengan  sikap  sosial  dan religiusnya.

C. Ruang Lingkup
Ruang  lingkup  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  SMP dan  MTs meliputi  15 jenis  teks,  yaitu:  (1)  teks  anekdot,  (2)  teks  eksposisi,  (3)  teks  laporan  hasil observasi,  (4)  teks  prosedur  komplek,  (5)  teks  negosiasi,  (6)  teks  cerita pendek, (7) teks pantun, (8) teks cerita ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10)  teks  film/  drama,  (11)  Teks  cerita  sejarah,  (12)  teks  berita,  (13)  teks iklan, (14) teks editorial/opini, dan (15) teks novel.

D. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Sarana Berpikir
Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesiaadalah proses belajar memahami dan  memproduksi  gagasan,  perasaan,  pesan,  informasi,  data,  dan pengetahuan  untuk  berbagai  keperluan  komunikasi  keilmuan, kesastraan,  dunia  pekerjaan,  dan  komunikasi  sehari-hari  baik  secara tertulis  maupun  lisan.    Dalam  kaitannya  dengan  memahami  dan memproduksi  gagasan,  perasaan,  pesan,  informasi,  data,  dan pengetahuan  untuk  berbagai  keperluan  tersebut,  kegiatan  berpikir mempunyai  peranan  sangat  penting.  Bahkan  berpikir  merupakan aktivitas sentral yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan memproduksi  gagasan  dan  lain-lain  dengan  baik.  Oleh  karena  itu,  guru harus    menciptakan  kondisi  yang  memungkinkan  terjadinya  proses berpikir secara optimal. 
Proses  berpikir  optimal  yang  seharusnya  melekat  dan  terus-menerus terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus disadari pendidik dan peserta  didik  dalam  setiap  episode  pembelajaran.  Ketika  pendidik menghadirkan  sebuah  teks,  misalnya,  isi  teks  itu  akan  dipahami  dengan baik bila peserta didik mampu dan mau berpikir (logis, kritis, dan kreatif).
Selanjutnya, peserta didik akan dapat memproduksi gagasan dan lain-lain yang  baru  berdasarkan  gagasan-gagasan  yang  ditemukan  dalam  teks tersebut,  bila  peserta  didik  mampu  dan  mau  berpikir  dengan  baik  pula.
Realisasi  kegiatan  berpikir  itu  misalnya  menghubung-hubungkan gagasan, membandingkan gagasan, mempertentangkan gagasan, memilih-milah gagasan, menafsirkan data, menyimpulkan hasil analisis, dan lain-lain  untuk  memunculkan  gagasan-gagasan  baru  atau  aspek-aspek  baru yang  akan  dituangkan  ke  dalam  tulisan  atau  paparan  lisan  dalam  suatu peristiwa  berbahasa  tertentu.  Dengan  demikian,  kegiatan  berbahasa  dan berpikir merupakan inti dalam pembelajaran berbahasa Indonesia. 
2. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Perekat Bangsa
Bahasa  Indonesia  memiliki  peran  sentral  untuk  mempersatukan  bangsa dan  sarana  pengembangan  intelektual,  sosial,  dan  emosional  peserta didik.  Selain  itu,    penguasaan  bahasa  Indonesia  oleh  peserta  didik  juga akan  menunjang  keberhasilan  mereka  dalam  mempelajari  semua  mata pelajaran.  Pembelajaran  bahasa  dan  sastra  Indonesia  diharapkan membantu  peserta  didik  mengembangkan  potensi  pikir,  rasa,  dan  karsa untuk  mengenal  dirinya,  budayanya,  dan  budaya  orang  lain, berpartisipasi  dalam  masyarakat  yang  menggunakan  bahasa  tersebut, mengemukakan  gagasan  dan  perasaan,  menemukan  serta  menggunakan kemampuan  berpikir  kritis,  kreatif,  inovatif,  inventif,  dan  imaginatif  yang ada dalam diri peserta didik.
Ke  arah  masa  depan,  peserta  didik  memerlukan  pengalaman  belajar berbahasa Indonesia  sebagai  perekat  bangsa.  Proses  penghayatan  ini perlu  diprogramkan  secara  terencana  dan  bersistem.  Dengan  cara  ini melalui pengalaman belajar berbahasa Indonesia sebagai perekat bangsa diharapkan  akan  terbangun  jiwa  dan  semangat  kebersamaan  peserta didik.  Dengan  demikian  kedudukan  bahasa  Indonesia  sebagai  pemersatu bangsa  makin  diperkuat  melalui  proses  pendidikan  di  sekolah, sebagaimana  tercerminkan  dalam  komunikasi  sosial  budayaal  yang harmonis di antara para penuturnya.
Bahasa  Indonesia  juga berperan  penting  dalam  kehidupan  sehari-hari untuk  berbagai  keperluan,  untuk  berkomunikasi  dengan  seluruh  warga bangsa  dalam  rangka  membangun  rasa  dan  ikatan  kebersamaan  secara nasional,  membangun  komunikasi  efektif  sehari-hari,  membangun  relasi sosial  yang  harmonis  (komunikasi  yang  bermartabat),    dan    membangun kematangan  emosional.  Di  sisi  lain,  sastra  Indonesia  berperan  untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan  apresiasi  budaya,  penyaluran  gagasan,  penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif. 
3. Penghela Ilmu Pengetahuan
Kemampuan  berpikir  logis,  kritis,  kreatif,  inovatif,  dan  bahkan  inventif peserta  didik  perlu  secara  sengaja  dibina  dan  dikembangkan.  Untuk melakukan  hal  itu,  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  menjadi  wadah strategis.    Melalui  membaca,  menulis,  mendengarkan, dan  berbicara peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir tersebut secara terus-menerus  yang  akan  diteruKIan  juga  melalui  mata  pelajaran  yang lain.  Hal  itu  harus  benar-benar  disadari  semua  guru  BI  agar  dalam menjalankan  tugasnya  dapat  mewujudkan  mata  pelajaran  Bahasa Indonesia  sebagai  wadah  pembinaan/  pengembangan  kemampuan berpikir.
Dengan  mengembangkan  kemampuan  berpikir  logis,  kritis,  kreatif,  dan inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan akan  terus  berkembang  seiring  dengan  perkembangan  bahasa  Indonesia itu sendiri.
4. Penghalus Budi Pekerti
Lingkup  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  mencakup  kemampuan berbahasa  dan  bersastra.  Melalui  jenis  teks  sastra,  bahasa  Indonesia dapat  dijadikan  sebagai  sarana  penghalus  budi  pekerti  siswa.  Sastra Indonesia  sebagai  media  ekspresi  sikap  kritis  dan  kreatif  terhadap berbagai  fenomena  kehidupan  mampu  menumbuhkan  kehalusan  budi, kesetiakawanan  sosial,  kepedulian  terhadap  lingkungan,  dan  mampu membangun  kencerdasan  kehidupan  masyarakat.  Pembelajaran  sastra dapat  membentuk  sikap  kritis  dan  kreatif  serta  kepekaan  terhadap berbagai  fenomena  kehidupan  di  lingkungan  sosial  budaya  ataupun  di lingkungan alam sekitar.
Bersastra  dapat  diwujudkan  melalui  kegiatan  apresiasi  dan  produksi karya sastra (puisi, fiksi, dan drama). Kegiatan apresiasi karya sastra yang diawali  dari  membaca  harus  menjadi  kegiatan  penting  dalam pembelajaran  bersastra  peserta  didik.  Melalui  membaca  puisi,  fiksi, naKIah  drama  atau  mendengarkan  rekaman  atau  pembacaan  puisi, cerpen,  penggalan  novel,  dan/atau  naKIah  drama  peserta  didik  terlibat dalam  kegiatan  reseptif.  Pada  kesempatan  yang  lain,  peserta  didik  diajak untuk  terlibat  dalam  kegiatan  produktif  untuk  menulis  atau menghasilkan  puisi,  cerpen,  penggalan  novel,  dan/atau  naKIah  drama.
Melalui  kegiatan  produktif  lisan  atau  tulis  peserta  didik  juga  dapat  mempresentasikan  kinerja  apresiatifnya.  Dengan  demikian,  kegiatan reseptif  dan  produktif  dalam  bersastra  akan  menjadi  kegiatan  sambung-menyambung dalam iklim pembelajaran yang menyenangkan. 
5. Pelestari Budaya Bangsa

Bahasa Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan  eksistensinya.  Sebagai  bagian    dari  budaya  bangsa  yang dijunjung  tinggi,  eksistensi  bahasa  Indonesia  akan  terus  bertahan  dan bahkan menguat bila dilestarikan setiap penuturnya. Pemelajaran bahasa Indonesia  dan  komunitas  sekolah  pada  umumnya,  akan  sangat  kondusif untuk  melestarikan  eksistensi  bahasa  Indonesia  mengingat  peserta  didik dan  guru  merupakan  kelompok  strategis  di  masyarakat  untuk melestarikan  eksistensi  bahasa  Indonesia  sebagai  bagian  dari  budaya bangsa. 



= Baca Juga =



2 Comments

Previous Post Next Post


































Free site counter


































Free site counter